Pages

Minggu, 20 Mei 2012

Berkat Doa Istri dan Camp Pria

Sungguh tragis hidup Benny. Dia yang tengah membantu usaha ayahnya sebagai salah satu rekanan di sebuah instansi, harus melakukan perbuatan yang sangat menjijikkan. Dia dan ayahnya harus bisa menghibur pejabat-pejabat setempat agar perusahaan mereka bisa mendapatkan banyak pesanan. Salah satunya adalah dengan membawa mereka ke tempat pelacuran. Ayahnya juga masuk dan menyuruh dia untuk ikut. Untuk pertama kalinya, Benny ikut merasakan hal yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Penyesalan tampak jelas pada wajah Benny saat keperjakaannya hilang. Sebuah pengakuan akan dilakukan di hadapan Winnie, sang pacar. Hati Winnie kecewa karena keperjakaan Benny diberikan kepada wanita lain, bukan pada dirinya, padahal dia juga bisa memberikan keperawanannya untuk Benny. Beberapa hari kemudian, akibat mereka berhubungan seks, Winnie hamil. Pernikahan di usia muda pun harus mereka jalani, walaupun orang tua dari pihak pria sempat tidak merestui. Sekilas kehidupan mereka tampak bahagia. Namun semua itu hanya bertahan selama 4 tahun, dan harus berakhir ketika nilai-nilai suci dalam pernikahan mulai dinodai. Waktu itu Benny salah bergaul dengan seorang teman yang memang hobinya pergi ke tempat-tempat pelacuran. Dan Benny melakukan lagi apa yang dulu pernah ia komitmen untuk tidak melakukannya. Winnie: Kadang saya terima telpon dari wanita yang mengatakan, "Bu, saya pinjem yah suaminya..." Pertama kali saya nggak terima. Kok katanya membantu orang tua tapi pekerjaannya melakukan hal-hal yang tidak benar... Pada saat Winnie tau, dia langsung marah besar pada Benny. Karena Benny tidak mau mengakui perbuatannya, Winnie marah dan membanting botol. Winnie: Hati saya terbakar, sakit sekali, tapi saya berjanji, kalau suami saya mau jujur, saya nggak akan marah. Maka setiap kali Benny pulang dari tempat pelacuran, dia pasti bercerita pada istrinya. Karena dia berpikir bahwa ini bukanlah hal yang harus disembunyikan. Bahkan mama mertua Winnie mendukung perbuatan anaknya yang tidak benar itu. Winnie: Saya sudah pasrah, terserah hidupnya mau seperti apa. Nggak pulang juga nggak apa-apa, terserah. Saya sudah siap, saya sudah nggak tahan, saya sudah berpikir bahwa bercerai adalah jalan yang terbaik. Setiap malam, Winnie merebus air untuk mencuci pakaian dalam suaminya. Dia juga memisahkan pakaian suaminya dari pakaian-pakaian yang lain karena dia takut terkena penyakit kotor. Winnie menjadi jijik, dan dia menjadi mati rasa terhadap suaminya sendiri. Sampai-sampai Winnie berdoa meminta kepada Tuhan kalau bisa tidak ada yang namanya malam, supaya dia tidak usah tidur dengan orang yang telah menyakiti hatinya. Tidak ada lagi cinta yang dirasakan Winnie pada suaminya, hubungan suami istri sempat tidak dilakukannya lagi untuk sesaat. Benny juga terkena penyakit kelamin yang tidak umum, dan Winnie pun jadi ikut merasakan penderitaan suaminya. Winnie tertular penyakit yang menyebabkan gatal-gatal di seluruh kemaluannya. Suatu ketika saat hasrat seks Benny sedang tiba, dia mendapatkan penolakan dari istrinya. Merasa keinginannya tidak terpenuhi, amarahnya memuncak. Benny keluar kamar dan mengambil obeng, dia menusuk-nusukkan obeng itu pada kasur dan bantal sampai hancur, dan baru berhenti setelah Winnie meminta maaf padanya. Ketika hasrat seksnya tidak terpenuhi, Benny menjadi liar dan tidak terkendali. Dengan berjalannya waktu, pengobatan yang mereka lakukan terhadap penyakit kelamin itu akhirnya membuahkan hasil. Benny : Tahun 1987 saya membuka usaha salon dirumah, karena saya adalah seorang yang perfeksionis, segala sesuatu saya mau berjalan seperti yang saya mau. Saat itu saya tatar istri saya dan beberapa anak buah, karena saat itu saya sudah lebih dulu belajar salon, istri saya sangat tertekan karena dia memang tidak suka kerja yang berhubungan dengan salon, saya benar-benar tidak mau menerima keberatan dia, yang ada dikepala saya adalah kalau saya sudah memutuskan semua harus turut serta, istri saya menyimpan kepahitan dengan saya. Disamping itu saya juga mau segala sesuatunya berjalan sesuai dengan keinginan saya. Pernah suatu hari istri dan beberapa karyawan tidak ada yang sungguh-sungguh latihan untuk menyalon, mereka nonton TV, langsung saya ambil cat biru dan saya cat TV tersebut, istri saya benci minta ampun tetapi tidak bisa berkutik, mereka pada akhirnya tidak bisa nonton TV sampai 3 bulan. Seolah belum cukup, Benny selalu menjelek-jelekkan Winnie di depan para pelanggan salonnya, pernah juga dia dibanding-bandingkan dengan pembantu. Benny sering mengatakan kalau Winnie tidak bisa apa-apa dan tidak berguna. Rasa kecewa dan sakit hatipun semakin bertambah dalam diri Winnie. Ketika Benny sedang bertengkar dengan Winnie dan ingin memukulnya, sang anak yang sempat melihat mamanya hendak dipukul menjadi marah dan mengambil kursi, hendak memukulkan kursi itu ke Benny. Benny pun mengambil bekas knalpot motor dan mereka saling memukul. Winnie dan pembantu berusaha melerai, tapi Benny kemudian mengambil air kencing yang sudah ditampung selama seminggu dan menyiramkannya kepada anaknya. Saat itu anaknya kepahitan dengan Benny dan pergi mengungsi ke rumah neneknya. Benny yang saat itu tengah mengalami kesulitan keuangan meminta istriya untuk meminjam uang, namun Winnie tidak menanggapinya. Benny marah, sementara Winnie hanya bergumam, "Sudah tahu susah, kenapa tanya sama saya?". Benny yang mendengar gumaman Winnie langsung mengamuk. Lalu malam itu Benny mengambil keputusan, dia berkata kepada Winnie bahwa ini adalah terakhir kalinya, mereka harus bercerai, tidak ada jalan lain. Benny berkata, "Istri harusnya tunduk pada suami, tapi ini suami kesusahan istri tidak mau menolong, istri macam apa yang tidak tunduk pada suami..." Winnie menimpali bahwa dia sudah sangat siap bercerai, daripada dia menderita terus. Winnie: Saya ke kolong meja. Kolong meja itu tempat saya setiap hari mengadu dan menangis pada Tuhan, tempat saya menceritakan pada Tuhan setiap sakit hati yang saya rasakan karena perbuatan suami saya... Sejak dia memukul saya... Memori saya sudah penuh... Sampai saya pernah bilang, Tuhan, jemput saya, saya sudah tidak kuat... saya mau pulang ke rumah Bapa... Saya sudah nggak kuat hidup dengan dia... karena saya pikir saya sudah tidak ada harapan lagi. Tidak terhitung lagi berapa banyak kata-kata cercaan yang keluar dari mulut mereka masing-masing. Bahkan amarah Winnie tidak bisa dibendung lagi, ketika barang kesayangannya dirusak. Benny mengambil alkitab Winnie dan merobek-robeknya di hadapan istrinya. Hati Winnie bagai terbakar, dia marah dan semakin dendam pada Benny. Winnie menangis sambil mengumpulkan sobekan-sobekan alkitab itu. Winnie yang larut dalam kesedihan akhirnya kabur dari rumah untuk pergi ke rumah mamanya. Namun tiga hari kemudian dia kembali ketika Benny memintanya untuk pulang. Tak ada yang bisa dilakukannya untuk mengatasi konflik rumah tangganya, kecuali berdoa. Winnie: Tuhan kuatkan saya... saya ingat dan saya percaya, Tuhan bilang, kalau satu orang diselamatkan, maka seisi rumah akan diselamatkan, sampai saya puasa, saya mau bayar harga untuk suami saya... Tidak makanpun saya mau, asal suami saya pulih... Saya tidak mau dia menjadi orang yang jahat, orang yang kasar sama saya... Doa demi doa yang terus dipanjatkan oleh Winnie mulai terjawab saat Benny mengikuti camp pria di akhir minggu atas saran kakak iparnya. Dia tidak pernah menyangka, bahwa di sana dia malah dibawa ke alam maut. Dia disadarkan begitu buruknya kehidupan banyak orang terutama para pria, dia merasa seolah-oleh dia sedang dihakimi oleh Tuhan. "Di situ air mata saya itu seperti membasahi lantai, semua yang digambarkan itu saya sendiri...". Kedamaian dan ketenangan mulai dirasakan Benny. Sebuah jawaban atas konflik rumah tangganya mulai didapatkannya. "Ternyata saya mengasihi istri saya itu bukan berdasarkan kasih yang sesungguhnya. Karena saya mengasihinya berdasarkan perasaan saya. Di situ saya juga mendapatkan jawaban, bahwa sebagai suami, saya harus berfungsi sebagai imam. Tugas daripada imam adalah berdoa buat keluarganya...". Benny mengakui semua dosa-dosanya di sana, karena keterbukaan adalah awal dari sebuah pemulihan. Bahkan dia berani mengambil keputusan yang paling penting bagi masa depan keluarganya, yaitu untuk taat pada perintah Tuhan. "Saya pulang, saya berlutut di hadapan istri saya, saya minta ampun pada dia" Winnie: Dia bilang, "Mami, mau nggak maafkan papi, karena selama ini saya sebagai suami tidak menempatkann kamu sebagai istri?". Saya heran pulang camp kok dia menjadi seperti ini, diapakan di camp... apa dia salah minum obat? Ternyata dia cium kaki saya, dia nangis dan minta maaf. Tapi saya belum yakin. Prosesnya selama 2 tahun baru saya katakan dari mulut saya bahwa saya percaya dia sudah berubah. Winnie tak pernah menyangka, bahwa suaminya yang dulu sangat jahat ini telah berubah total. Suasana romantis kian terasa dalam kehidupan mereka hingga detik ini. Benny sudah menjadi suami yang baik, yang maunya bukan terus dilayani, tapi sudah mau melayani. Benny bisa mengatakan pada Winnie bahwa dia adalah wanita terindah yang Tuhan berikan untuk dia. Winnie: Luar biasa Kau Tuhan, Kau buat suami saya benar-benar berubah... Saya dan dia sekarang menjadi seperti pengantin baru. Sampai orang lain iri melihat hidup saya, mereka nggak tahu dulunya bagaimana. Kalau bukan Tuhan yang bekerja, saya juga ngak sanggup mengubah suami saya. Saya mengucap syukur bahwa saya punya Tuhan seperti Tuhan Yesus dan saya mau terus disempurnakan untuk menjadi makin serupa dengan Dia... "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela." (Efesus 5:25-27) Sumber: Kesaksian Benny Herman & Winnie / Elia Stories

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2011 Edwin's Blog. Powered by Blogger
Blogger by Blogger Templates WP by Wpthemescreator