Pages

Jumat, 06 April 2012

MUSUH TERBESARMU ADA DI DALAM DIRIMU SENDIRI

Roma 13:5 Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita.

Aku pernah membaca judul ini sebagai judul buku yang sangat bagus isinya. Dan aku membacanya bertahun-tahun yang lalu. Sejak hari itu aku selalu mengingat dengan baik bahwa pertempuran yang utama bukan ada di luar diri kita, tapi di dalam diri kita sendiri.

Dua tahun yang lalu aku menemukan satu pelajaran bible study bagi para wanita yang disusun oleh Lisa Young, dengan judul Warrior Woman, yang juga isinya merupakan bagaimana menaklukan diri kita sendiri untuk menjadi wanita yang berhasil. Dan pelajaran ini aku pakai sebagai uji coba kepada sekelompok wanita di dalam pelayananku, dan hasilnya memang luar biasa.

Seringkali kita tidak menyadari bahwa musuh utama kita memang ada di dalam diri kita sendiri. Bersarang dan berkembang biak di dalam pikiran kita, merusak dan mengganggu segala pemikiran positif dan didikan yang baik yang selama ini kita dapatkan. Bahkan, ia juga mencoba mengganggu cara pikir kita untuk menjadi orang yang berhasil, dan mematahkan iman kita dengan memberikan gambaran-gambaran yang buruk di dalam pikiran kita.

Rasa takut dan khawatir adalah suatu situasi yang kadang muncul begitu saja dan tidak bisa kita hindari. Bahkan mereka bisa berkembang dengan hebat tanpa kita perintahkan. Sesuatu yang akan kita hadapi, masalah yang sebetulnya kecil, bisa tiba-tiba menjadi begitu menakutkan hanya dalam satu saat, bukan karena memang begitu kenyataannya, tapi lebih karena pikiran kita menciptakannya dan mengembangkannya sedemikian rupa dan jauh lebih dulu berjalan dari pada kenyataannya.

Kemarin sore, di saat yang sangat baik untuk berlibur bersama dua anakku yang sudah semakin besar, kami pergi nonton ke bioskop bertiga. Menyaksikan filem Narnia sequel bagian ke tiga. Kami memang tidak ingin ketinggalan menyaksikan filem yang sangat bagus dan sangat mendidik ini.

Sambil menikmati filem itu, aku mengingat-ingat bagian-bagian yang penting dalam filem tersebut agar nanti aku bisa kembali menerangkannya kepada anak-anakku. Filem ini memang sarat dengan pendidikan rohani yang dikemas begitu rupa dan dengan sangat baik sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa ini adalah filem yang mendidik sekali untuk menjadi percaya kepada Tuhan dan mengandalkan diri kita kepadaNya.

Khusus bagian ketiga ini ada bagian yang menceritakan bagaimana keinginan di dalam diri kita akhirnya sering menjebak kita untuk melanggar perintah Tuhan. Sekalipun kita tahu bahwa ketamakan dan iri hati itu tidak benar, tapi sering kita mengijinkan dua karakter itu tumbuh dan berkembang, akhirnya menjebak diri kita untuk tidak melakukan yang diperintahkan oleh Tuhan. Dan akhirnya, jika kita tidak hati-hati, dan jika kita mendengarkan keinginan itu lebih dari rasa takut kita akan Tuhan, maka kita akan berubah menjadi suatu pribadi yang kita sendiri tidak mengenalnya.

Dalam kisah Narnia ini, diceritakan bagaimana Eustace, sang keponakan dari Edmund dan Lucy berubah menjadi naga yang mengerikan ketika ia terjebak dalam keserakahannya ketika melihat begitu banyaknya harta karun yang ia pikir bisa ia bawa pulang. Keinginan dan keserakahan itu merubahnya menjadi begitu mengerikan. Ia sangat menyesal dan menjadi takut melihat kenyataan itu, tapi ia tidak punya kuasa untuk memperbaikinya. Hanya ketika ia bertemu Aslan – yang merupakan lambang dari singa dari Yehuda, atau Yesus sendiri – barulah ia bisa kembali berubah menjadi manusia yang sebenarnya.

Begitu juga Lucy, seorang anak yang dikisahkan memiliki kepribadian yang murni, hampir saja ia terjebak karena keinginannya yang begitu kuat di dalam dirinya. Ia iri terhadap Susan, tokoh lain yang hadir di dua sequel sebelumnya. Ia ingin menjadi orang lain, ia tidak puas menjadi dirinya. Dan hampir ia dikalahkan oleh keinginannya itu. Tapi untunglah, Aslan yang memang ada dalam hatinya selalu menjadi pribadi yang mengingatkan dia untuk banyak hal, dan keinginan pribadi itu terpatahkan. Ia tetap menjadi Lucy yang punya kemurnian dalam hatinya, sehingga ia selalu bisa menjadi pribadi yang bertemu dengan Tuhan dibandingkan saudara-saudaranya yang lain.

Mazmur 24 : 3 - 5 "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia.

Ya, firman ini mengatakan satu kebenaran yang sering kita abaikan. Hanya karena kita datang ke gereja setiap hari atau setidaknya seminggu satu kali, jangan kita pikir bahwa itu akan membenarkan kita. Kita bisa ada di gereja, tapi kita tidak pernah naik ke gunungnya Tuhan, karena kita tidak memiliki kemurnian hati dan tangan yang bersih. Itu bisa saja terjadi. Ingat baik-baik akan hal itu.

Kisah Narnia ini ditutup dengan satu kisah peperangan yang dahsyat, yang seharusnya tidak perlu ada. Pertempuran itu terjadi karena si iblis membuat apa yang ditakutkan oleh Edmund, saudara laki-laki Lucy menjadi kenyataan.

Ayub 3:25 Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.

Persis seperti itulah yang bisa terjadi dalam hidup kita. Ketakutan dan kekhawatiran bukan berasal dari Allah.

2 Timotius 1:7 Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

Ketakutan dan kekhawtiran adalah produk dari ketidak dan kurang percayanya kita kepada Allah. Berhati-hatilah dengan itu. Karena segala ketakutan dan kekhawatiranmu itu akhirnya akan menerkammu dengan ganas jika engkau tidak mengendalikannya.

Yang bisa menaklukkan dan menghentikan semua itu adalah diri kita sendiri, ketika kita mau menundukkan diri kita di hadapan Tuhan. Ketika kita menerima Yesus dalam hati kita, dan membiarkan Dia memerintah dalam hati kita, maka Dia akan memerintahkan damai sejahtera menguasai hidup dan pikiran kita. Dengan cara itulah Ia akan membawa kita ke dalam hidup yang tidak dikuasai oleh rasa takut itu, tapi roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

Itulah sebabnya mengapa banyak orang bisa menjadi depresi dan bahkan menjadi gila, itu karena mereka mengijinkan dirinya dikuasai oleh segala bentuk ketakutan dan kekhawatiran ini. Tapi begitu kita memutuskan untuk memberikan diri ditaklukkan oleh Allah, maka kebalikannya yang terjadi. Mana pilihanmu hari ini?

Jika engkau berada dalam situasi seperti ini hari ini, aku harap engkau tahu apa yang harus kaulakukan. Datang kepada Tuhan Yesus segera, jangan tunda-tunda lagi, undang Dia dalam hatimu, bdan ijinkan Dia menguasai dan memerintahmu. Ia akan memberikan damai sejahtera itu dalam hidupmu sepanjang masa.

Aku sudah mengalaminya terlebih dahulu, kini bagianmu menikmatinya. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2011 Edwin's Blog. Powered by Blogger
Blogger by Blogger Templates WP by Wpthemescreator