Pages

Kamis, 24 November 2011

Renungan-Keberanian Mempercayai Dan Melakukan Ucapan Yesus Akan Mendatangkan Mujizat


Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-muridNya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang banyak itu disuruhNya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ. Perahu murid-muridNya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang ambingkan gelombang, karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: “Itu hantu”, lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”. Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: “Tuhan apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air”. Kata Yesus:”Datanglah !”. Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!”. Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata:”Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”. Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah.” Matius 14: 22-32



Sebelumnya, Alkitab mencatat dalam Matius 14:13-21, bahwa Yesus telah melakukan sebuah pelayanan mujizat, yaitu memberi makan 5000 orang, dengan 5 roti dan 2 ikan. Sesudah itu, lalu Yesus menyuruh murid-muridNya naik ke perahu untuk mendahuiNya ke seberang, sementara orang banyak itu disuruh pulang (ayat 22). Murid-murid itupun berlayar dengan menggunakan perahu, sesuai dengan yang telah diperintahkan oleh Yesus. Dalam beberapa saat di atas perahu, murid-murid merasa nyaman, mereka berada dalam zona kenyamanan dan tidak ada masalah.
Dalam melakukan aktifitas kita sehari-hari, semua nampaknya nyaman, karena hidup kita ditunjang oleh materi/fasilitas yang cukup, keluarga/sahabat yang baik, dan semuanya terasa nyaman. Keadaan kita baik-baik saja, kita juga sehat dan semua berjalan lancar-lancar saja. Tidak ada masalah, baik dalam kehidupan pribadi, pekerjaan, pelayanan dan lain sebagainya. Dalam keadaan ini kita sedang berada dalam sebuah kondisi, yaitu zona kenyamanan. Namun, apakah kita selalu akan berada dalam zona kenyamanan itu?
*courtesy of PelitaHidup.com
Dalam ayat 24 dikatakan bahwa sesudah beberapa mil jauhnya dari pantai, perahu yang dipakai oleh murid-murid Yesus itu diombang-ambingkan oleh gelombang, karena ada angin sakal, yaitu suatu badai yang besar. Zona kenyamanan mereka sedang digoncangkan oleh badai. Tidak ada yang bisa diandalkan, fasilitas yang ada yaitu perahu, tidak dapat lagi menjamin kenyamanan mereka, sahabat juga tidak dapat menolong, untuk selamat dari badai itu. Iman mereka sedang diuji oleh badai itu.
Ada tiga peristiwa/kejadian yang sangat menggoncangkan mereka, yaitu :
Badai datang menghantam perahu tanpa mereka duga
Angin Sakal datang saat gelap gulita di malam hari, Alkitab mencatat kira-kira jam 3 malam.
Masalah makin bertambah karena melihat ada sosok pribadi berjalan diatas air mendatangi mereka, mereka mengira yang datang itu adalah hantu, bukan Tuhan Yesus.
Ketika murid-murid melihat Dia berjalan diatas air, mereka terkejut dan berseru: “itu hantu!”, lalu berteriak-teriak karena takut” (ayat 26). Mereka amat diliputi oleh perasaan takut, dan gentar. Mereka berteriak-teriak karena ketakutan itu. Tetapi, Dia adalah Allah yang tidak pernah akan meninggalkan umatNya. Bukankah Yesus yang telah memerintahkan mereka untuk pergi lebih dahulu. Ketika setiap orang yang menerima Firman-Nya dan mau melakukannya, tidak pernah akan ditinggalkanNya. Itu janji-Nya pada kita.
“Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, kemanapun engkau pergi” Yos 1:9b
“Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” Ibr 13:5b
Ya, janji-Nya itu pasti. Benar, Yesus hadir pada saat mereka memerlukan pertolonganNya. “Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka:”Tenanglah”! Aku ini, jangan takut!” (ayat 27). Kata ”jangan takut”, memiliki arti beranilah, melangkahlah. Kata-kata Yesus ini sungguh meneduhkan jiwa murid-murid, membangkitkan keberanian, memberi pengharapan kepada mereka untuk diselamatkan dari badai itu.
*courtesy of PelitaHidup.com
Salah satu murid Yesus, yaitu Petrus mengenali suara-Nya. “Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: ”Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air” (ayat 28). Petrus percaya, bahwa kata-kata yang diucapkan oleh Yesus sungguh berkuasa. Apa yang akan diucapkan oleh Yesus, Petrus percaya, itu pasti akan terjadi. Yesuspun berkata pada Petrus: “Datanglah!”. Ucapan Yesus itu, membuat Petrus yakin sekali, dan dengan mantap, iapun berani untuk melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan ucapan Yesus itu. Pada saat Yesus katakan, “datanglah!”, angin masih berhembus, tiupan angin masih berhembus, tetapi Petrus berani melangkah keluar dari perahu itu. Petrus tidak terpengaruh oleh keadaan, yaitu pada tiupan angin yang sedang berhembus itu, matanya hanya tertuju pada Yesus dan ucapan Yesus. Dalam pikiran Petrus, hanya tertanam iman yang sangat kuat bahwa Yesus itu adalah penolong dan penyelamat. Sebab Petrus sangat mengetahui bahwa berada dekat Yesus itu aman.
“Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku” Maz 62:2
“Maka Petrus turun dari perahu itu dan berjalan diatas air mendapatkan Yesus” (ayat 29).
Kemampuan Petrus berjalan di atas air, tidak ada hubungannya dengan angin ataupun badai itu, dengan kata lain, Petrus dapat berjalan di atas air tidak ada urusannya dengan angin sama sekali. Kemampuan Petrus muncul oleh karena keberaniannya dan mempercayai kata-kata Yesus itu, sehingga ia melangkahkan kakinya ke air itu dan ia berhasil.
“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” (2 Tim.1:7).
*courtesy of PelitaHidup.com
Apa yang bisa kita pelajari dari pengalaman Petrus bersama murid-murid lainnya adalah keadaan/kondisi yang kurang baik, badai/persoalan, kesusahan dan penderitaan, yang sering menghadang perjalanan kita. Hal itu tidak ada hubungan/urusan apa-apa dengan kemampuan kita untuk menerima mujizat dari Allah. Yang harus kita lakukan ialah mengarahkan pandangan kita terutama pada Yesus dan menghampirinya dengan iman, bukan kepada masalah. Ketika kita percaya pada Firman Tuhan dan kita melakukannya, maka Firman itu pasti nyata dan pasti terjadi dalam kehidupan kita. Persoalannya adalah, apakah pandangan kita tetap tertuju pada Tuhan dan Firman-Nya ?
Pada waktu Petrus menerima Firman dan percaya pada Firman itu, iapun berani bertindak. Dia tidak memikirkan akan tenggelam, tidak melihat kepada air, tetapi seluruh pandangannya dia arahkan hanya tertuju pada Yesus dan ucapan Yesus, yaitu “Datanglah!”. Petrus sudah dapat mengatasi rasa takutnya oleh karena kehadiran Yesus. Petrus telah mengawali sebuah perjalanan yang baik. Sebuah awal yang baik telah dilakukan oleh Petrus. Namun kemudian, masalahnya adalah Petrus tidak menyelesaikannya dengan baik. Mengapa ? Karena imannya telah dirampoki dengan pikiran yang kedua, yaitu kebimbangan.
Tetapi ketika dirasakannya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: ”Tuhan, tolonglah aku!”. Saat Petrus mengalihkan pandangan dan perasaannya pada tiupan angin itu, ia mulai ragu, bimbang, sehingga rasa percayanya hilang dan iapun mulai tenggelam, serta berseru kembali minta tolong kepada Tuhan. Segera Yesus mengulurkan tanganNya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” (ayat 31). Tuhanpun menolongnya. Ini mujizat kedua yang dialami Petrus, ia tidak tenggelam karena ditolong segera oleh Yesus. Mereka naik perahu dan anginpun reda.
Jangan biarkan keragu-raguan dan kebimbangan itu hadir dalam hidup kita, sekalipun nampaknya keadaan kita sedang sangat buruk, sangat tidak baik bahkan tidak ada harapan. Yakinlah dan beranilah, jangan takut sebab Allah selalu menyertai dan siap menolong kita, bahkan dalam kemustahilanpun Tuhan sanggup membuat menjadi mungkin. Petrus bisa berjalan di atas air tetapi juga bisa tenggelam jika tidak ditolong oleh Tuhan. Masalah bisa menjadi berkat bagi kita, tetapi bisa juga menjadi penderitaan. Tergantung pilihan kita, sebab di dalam segala hal Allah berkuasa untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang sungguh percaya kepada Dia.
”Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil” Luk 1:37
.
Untuk mengalami mujizat Tuhan terus terjadi dalam kehidupan kita, maka kita harus:
1. Percaya Kepada Firman Tuhan

“Akan tetapi Firman Allah tidak mungkin gagal” Rom 9:6a
“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal” Ayb 42: 2
Jangan pernah terpengaruh oleh masalah yang sedang terjadi, sekalipun itu buruk atau kurang baik keadaannya. Pada saat segala sesuatu dalam hidup kita tidak ada kepastian, ingatlah, pada Tuhan ada kepastian, pada Tuhan ada jalan keluar dan jawaban. FirmanNya adalah jawaban bagi kita, yang harus tetap kita percayai.
.
2. Tetap Arahkan Pandangan Pada Yesus, Bukan Pada Masalah

“Marilah kita terus melakukan FirmanNya dengan mata yang tertuju pada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” Ibr 12: 2a
Masalah hanyalah sebuah bayangan, yang tampaknya besar. Jika kita memandang pada Yesus maka masalah itu tidak dapat mempengaruhi kita lagi untuk bertindak. Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Dia selalu hadir menyertai kita, Ia akan bertindak dalam setiap situasi kehidupan kita untuk menolong, menuntun, melindungi dan memberkati kita. PertolonganNya selalu tepat pada waktunya, dan Ia tidak pernah terlambat menolong kita.
.
3. Miliki Keberanian, Jangan Takut, dan Singkirkan Setiap Kebimbangan

“Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut” Maz 46:2-3
Jangan takut. Kata “jangan takut” ini seringkali diucapkan oleh Yesus, untuk memberikan semangat, gairah dan keberanian bagi setiap orang yang sedang bergumul dalam masalahnya. Supaya mereka tetap percaya pada pertolonganNya yang sempurna itu. Kita tidak akan pernah terima janji-janji Allah kalau iman kita digantikan dengan kebimbangan/keragu-raguan. Kebimbangan itu ditawarkan oleh dunia, orang lain atau keadaan-keadaan yang sedang kita hadapi. Beranilah melakukan Firman Tuhan.
Kalau kita berjalan dengan iman, bukan berjalan dengan penglihatan maka kita akan terus dituntun oleh Roh Kudus berjalan untuk menghampiri dan menerima mujizat. Tetapi sebaliknya, kalau kita berjalan dengan penglihatan kita bukan dengan iman, maka kita akan dituntun oleh kedagingan kita yang membawa kita pada ketakutan, kekhawatiran, kebimbangan dan kecemasan.
.
Pada saat Petrus tidak lagi berjalan dengan imannya tapi ia berjalan dengan kedagingannya, dimana ketika itu ia merasakan tiupan angin maka takutlah ia, dan mulai tenggelam. Mungkin kita sering mengalamai keadaan seperti ini, ketika pikiran dan hati kita hanya tertuju/fokus kepada masalah/pergumulan kita, maka kita pun menjadi lemah, letih dan lesu. Tetapi tatkala kita hanya memandang kepada Tuhan, ingat pada Firman Tuhan dan percaya kepada Firman-Nya, maka akan ada daya yang mengangkat kita di atas masalah kita. Firman Tuhan yang kita percaya itu membuat kita menjadi kuat, menjadi tidak takut lagi, tidak cemas lagi, karena Dia Tuhan yang berkuasa diatas segalanya. Dia Allah yang Besar, Dia Allah yang Ajaib, Dia Allah yang berkuasa atas segalanya, baik atas alam semesta ini. Jadi apakah yang membuat kita takut lagi, atau bimbang ? Beranilah! Berani karena ada Firman Tuhan yang selalu siap menolong kita.
Dalam hidup ini begitu banyak hal yang dapat kita ditakuti, namun Yesus ingin agar kita memandang kepada-Nya saja, supaya kita tidak menjadi takut lagi. Keadaan-keadaan dalam hidup ini tidak ada urusan apa-apa dengan kemampuan kita untuk menerima mujizat dari Allah. Yang menjadi masalah ialah apabila kita mengijinkan itu menjadi masalah. Marilah kita terus berjalan dengan berani untuk menghadapi semua masalah dengan iman, supaya oleh iman itu, kita mengalami mujizat Tuhan. Tuhan memberkati kita semua.
.
“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” Wahyu 1:3

1 komentar:

Gracia Ubas mengatakan...

renungan yang bagus , makasih yaa ^^
GBU

Posting Komentar

 
Copyright 2011 Edwin's Blog. Powered by Blogger
Blogger by Blogger Templates WP by Wpthemescreator